Tuesday, December 7, 2010

Project BPP-01 (Review-1)

Hufff.. memang ternyata bukan persoalan mudah membuat 2 lubang masuk burung pada rumah monyet. Efek keluar masuk burung dari lubang yang satu ke lubang yang lainnya sulit untuk dikendalikan.

Ukuran rumah monyet yang tidak memungkinkan untuk membuat sekat, menjadi sebab utama terjadinya efek burung keluar masuk sulit untuk diatasi. pemasangan tweeter tarik pun masih belum dapat menyelesaikan persoalan tersebut.

Dengan ukuran lubang void yang sudah cukup memadai, seharusnya secara logika tidak lagi menjadi hambatan bagi burung untuk turun. Tapi karena adanya 2 lubang masuk yang cukup besar, membuat walet lebih tertarik untuk keluar lagi.

Sebenarnya dengan menutup salah satu lubang masuk burung (LMB), persoalan ini bisa lebih mudah diatasi. Tapi saya tetap menghendaki adanya 2 LMB dan burung juga harus bisa turun melewati lubang void.

Setelah menganalisa dan memperhitungkan kecepatan terbang burung di dalam ruang rumah monyet, maka saya buat sebuah lagu walet dengan menggunakan teknik surround untuk menahan burung agar tidak cepat keluar lagi dan juga untuk menuntun burung turun melewati lubang void.

Dan hasilnya... burung-burung walet pun terbang turun dengan cepat dan mudah.. tanpa ragu-ragu lagi memasuki ruang inap (nesting room).

Tuesday, September 28, 2010

Project BPP-01

Salah satu rumah walet di Balikpapan ini, tergolong berada di daerah dekat sentra walet. Namun karena adanya beberapa kesalahan yang tidak sengaja dilakukan, maka rumah walet ini masih saja kosong dari burung dan sarangnya.

Saat ini sedang dilakukan beberapa perbaikan dan perubahan, agar kondisinya lebih baik dan lebih sesuai untuk burung walet. Dan perkembangan selanjutnya akan di reviev secara berkala di blog ini.

Thursday, March 25, 2010

(Seri 3), Merancang rumah walet [II].

Beberapa contoh konsep desain rumah walet.






Mengadopsi bentuk tata ruang atau desain dari rumah walet yang sudah berhasil, sebaiknya dilihat dulu dari berbagai aspek, seperti:

- Kategori kawasan dan lokasi RBW tersebut.
- Sudah berapa lama RBW tersebut melakukan penangkaran walet hingga sukses.
- Berapa banyak rumah walet sebagai pesaing pada mulanya.
- Berapa besar tingkat kesulitannya dalam masa penangkaran walet.
- dan lain sebagainya.

Kemudian bandingkan dengan situasi dan kondisi daerah rumah walet yang akan kita bina. Pola panen yang diterapkan pun harus diamati.

(Seri 2), Merancang rumah walet.

Bentuk rumah walet dewasa ini memiliki beragam model dan desain disebabkan oleh pengaruh dari teknik-teknik pengelolaan yang makin modern dalam mengembangkan kemajuan budidaya walet.

Secara garis besar, pembagian rumah walet berdasarkan antara lain pada:
- Ukuran luas bangunan rumah walet.
- Model polosan atau sekat-sekatan.
- Rumah satu tingkat atau lebih.

Elemen pokok yang terdapat dalam rumah walet antara lain terdiri dari:
- Lubang pintu masuk orang.
- Lubang masuk burung (LMB).
- Lubang antar lantai (LAL) atau Void.
- Lubang antar ruang (LAR).
- Lubang inlet dan outlet udara atau Air Ventilation (AV).

Elemen pendukung yang terdapat dalam rumah walet antara lain:
- Sekat dinding untuk membagi ruang per ruang.
- Lagur atau sirip tempat walet membuat sarang.
- Bak penampung air (kolam air) atau mesin pengabut.
- Sound system.
- Sarang imitasi.
- Fan
- Mechanical & Electrical (ME).

Pembagian ruangan-ruangan di dalam rumah walet antara lain:
- Adaptation Room (AR)
- Roving Room (RR).
- Nesting Room (NR).
- Equipments Room (ER).
- Extra feeding production room (EFR).

Pada prinsipnya, rumah walet dibangun dengan tujuan agar walet mau masuk kemudian menginap dan betah untuk tinggal sehingga pada akhirnya membuat sarang seperti yang diharapkan. Untuk mewujudkan hal ini dibutuhkan perencanaan awal yang matang. Idealnya adalah menyiapkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) sesuai dengan desain rumah walet yang baik. Bukan sebaliknya, desain rumah walet disesuaikan dengan Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) yang seadanya.
Memaksakan berdirinya sebuah bangunan rumah walet yang seadanya bisa berakibat terjadinya bongkar pasang yang pada akhirnya menjadi suatu pemborosan.

Tidak ada ukuran standar luas bangunan rumah walet maupun model desainnya. Namun meski demikian, prinsip dasar dalam menentukan ukuran luas minimal rumah walet tidak boleh diabaikan. Prinsip dasar ini berdasarkan pada kemudahan-kemudahan yang diperlukan oleh burung walet untuk melakukan manuver terbangnya. Baik secara horizontal maupun kecenderungan terbang secara vertical.

Memberikan kemudahan pada walet untuk melakukan manuver terbangnya bukan berarti harus membuat ruangan selapang-lapangnya. Ruangan yang berukuran relatif besar bisa berakibat burung baru akan sering berpindah-pindah tempat. Walet akan lebih lama menemukan tempat yang cocok untuk membuat sarang. Dan bisa menjadi fragile karena burung akan terpisah-pisah satu sama lain.

Adaptation Room (AR) adalah suatu ruangan yang berfungsi sebagai living adjustment sebelum walet berani melakukan eksplorasi lebih ke dalam dan dapat mencegah walet cepat keluar "tanpa merasa dijebak". Sebagai ruang perantara atau ruang transisi, maka sifatnya adalah optional. Jika memungkinkan, maka boleh dibuat.

Roving Room (RR) adalah ruang yang pertama kali dijelajahi oleh walet setelah melewati LMB. Sebenarnya tidak ada faktor signifikan yang membedakan antara Roving Room dengan Nesting Room, kecuali bila pada RR tersebut tidak diberikan sarana pendukung seperti pada NR. Dan memberikan perlakuan yang berbeda di antara keduanya, menurut pandangan saya itu adalah sebuah kekeliruan.
Hal ini bisa dilihat pada contoh bentuk desain rumah walet minimalis, dimana RR dan NR menjadi satu dan tidak memiliki lubang antar lantai (LAL). Apabila terjadi pengembangan luas bangunan rumah walet akibat populasi yang mulai padat, apakah perlakuan terhadap ruangan tersebut akan berubah dan berbeda (karena berubah nama menjadi RR) dengan ruangan yang baru dibangun (NR)?
Lantas kenapa pada rumah walet yang sudah mempunyai ruangan RR dan NR yang terpisah sejak awal tidak diperlakukan hal yang sama di antara keduanya?
Karena kebanyakan orang menganggap bahwa RR adalah tempat numpang lewat walet menuju NR.

Nesting Room (NR) boleh dibilang sebagai tempat tujuan akhir setelah walet melakukan eksplorasi terhadap rumah walet. Oleh sebab inilah, maka NR mendapatkan porsi lebih dalam perlakuannya. Segala cara diupayakan di ruangan ini agar walet mau tinggal dan menginap selamanya serta mau membuat sarang seperti yang diharapkan semua penangkar walet. Di ruangan ini pula segala aplikasi yang diterapkan diamati dengan seksama. Mulai dari pola nesting plank dan bahan material yang dipakainya, suara walet yang dibunyikan, sampai dengan perubahan iklim mikro yang terjadi di dalamnya.

Equipments Room (ER) adalah ruang yang digunakan untuk menyimpan segala peralatan yang berkaitan dengan pengelolaan rumah walet, seperti; peralatan untuk panen sarang walet, sound system, dan alat-alat lainnya agar tidak mudah rusak karena pengaruh kelembaban yang tinggi.

Extra feeding production room (EFR) dipersiapkan bila ada rencana untuk memproduksi sendiri serangga yang diternak sebagai makanan tambahan bila memasuki musim kemarau.

Lubang masuk burung (LMB) adalah termasuk elemen yang terpenting dari rumah walet. Merencanakan ukuran dan posisi peletakan LMB tergantung pada lokasi dan desain rumah walet itu sendiri. Seperti pada lokasi yang bebas dari predator pemangsa walet (seperti burung hantu) bisa dibuat dengan ukuran yang relatif lebih besar.
Untuk mengetahui posisi peletakan LMB yang paling baik, bisa dibuatkan LMB pada tiap-tiap sisi dindingnya lebih dahulu. Setelah mengetahui posisi LMB yang paling efektif dimasuki burung walet, maka lubang-lubang lainnya dapat ditutup kembali.
Apabila terdapat lebih dari satu LMB yang sama-sama efektif, maka perlu disesuaikan kembali desain tata ruangnya agar tidak terjadi "kebocoran". Kebocoran yang dimaksud di sini adalah burung yang masuk dari LMB yang satu, tidak cepat keluar lagi lewat LMB yang lain. Jika penyesuaian desain tata ruang tidak memungkinkan, maka sebaiknya dipilih satu saja LMB yang terbaik.

Lubang antar lantai (LAL) adalah bagian dari salah satu elemen rumah walet yang menghubungkan ruang pada lantai yang satu dengan ruang pada lantai yang lainnya. [Baca: Antara Lubang Masuk Burung (LMB) dan Lubang Antar Lantai (LAL).]
Lubang antar lantai (LAL) pada rumah walet bertingkat, ukuran dan posisinya ditentukan oleh ukuran ruangan tersebut dan ketinggian plafondnya.
Dibandingkan dengan LMB, maka LAL mempunyai kelemahan bila dilihat dari sisi kemudahan walet melakukan manuver terbangnya. Tanpa elemen pendukung, maka walet-walet baru yang melakukan eksplorasi di tempat tersebut akan relatif lama beradaptasinya. Penggunaan suara walet dan pemasangan tweeter yang tepat adalah elemen pendukung yang paling tepat untuk menuntun walet-walet baru tersebut menyusuri dan melewati LAL.

Lubang antar ruang (LAR) adalah bagian yang lain dari elemen rumah walet yang menghubungkan ruang yang satu dengan ruang yang lainnya pada satu lantai yang sama. LAR bisa dibuat relatif lebih kecil (baca: sempit) ukurannya daripada LAL karena cara manuver terbangnya yang sama seperti ketika memasuki LMB.

Lubang inlet dan outlet udara atau Air Ventilation (AV) adalah lubang-lubang kecil yang dibuat pada dinding untuk keperluan mengatur keseimbangan kondisi suhu dan kelembaban di dalam rumah walet agar sesuai dengan habitat walet.
Fungsi lain dari Lubang ventilasi adalah dapat menciptakan pola aliran udara sedemikian rupa di dalam rumah walet, sehingga dapat membantu mengarahkan burung masuk lebih ke dalam. Oleh karena itu jumlah lubang udara (AV) sangat relatif, tergantung pada kebutuhan yang disesuaikan dengan desain rumah waletnya.

Sekat dinding dibutuhkan pada rumah walet yang berukuran cukup besar sebagai pembatas/pemisah ruangan. Sekat-sekat ini bukan hanya sekedar untuk membagi ruang per ruang, tetapi juga berfungsi untuk menstabilkan suhu dan kelembaban di dalam rumah walet, mencegah terjadinya cross ventilation, mengurangi intensitas cahaya yang masuk, meredam polusi suara dari luar rumah walet, mempermudah burung menghapal tempat sarangnya, dan lain sebagainya.

Lagur atau sirip merupakan sarana tempat walet membuat sarang. Penataan polanya mengikuti tata ruang rumah walet yang ada. Lagur ini bisa dibuat dari beberapa bahan material, seperti; kayu, beton cor, aluminium, dan lain sebagainya. Lebarnya mulai dari 12cm hingga 20cm. Jarak antar lagurnya pun bervariasi, mulai dari 20cm hingga 50cm.
Pola pemasangan nesting plank sangat beragam, namun yang paling umum dipakai peternak walet adalah model kotak-kotak (kotak tahu) dan model garis-garis sejajar. Ada juga pola model piramid terbalik atau model susun anak tangga terbalik.
Apapun bahan material dan bentuk modelnya, nesting plank harus memiliki sifat yang kokoh, kasar permukaannya dan tahan lama. Untuk mempercepat dan mempermudah burung-burung muda belajar membuat sarang untuk pertama kalinya, maka sebaiknya diberikan sarana tambahan pada nesting plank tersebut berupa sarang buatan (imitasi) atau potongan dari styrofoam atau apapun yang dapat menjadi dudukan pondasi awal sarang walet. Bisa juga dibuatkan alur (groove) pada nesting plank tersebut.
Treatment pada nesting plank akan menentukan berhasil tidaknya pengembangan populasi di kemudian hari.

Bak penampung air (kolam air) atau mesin pengabut sangat membantu untuk menaikkan kadar air di udara pada rumah walet di kawasan beriklim panas. Kelembaban (RH) yang mencapai kestabilan ideal sangat mempengaruhi walet dalam membuat sarangnya. Terlalu kering atau terlalu lembab akan menyulitkan walet membuat sarang. Selain itu juga akan berakibat menurunkan grade sarang.

Sound system saat ini sudah menjadi jantung dalam budidaya walet. Bahkan boleh dibilang, tanpa ada sound system di rumah walet maka bukanlan sebuah rumah walet. Demikian penting perannya, sehingga elemen pendukung yang satu ini banyak mendapatkan porsi perhatian yang paling besar, sehingga kemajuan perkembangannya dalam teknik dan aplikasinya sangat pesat. Mulai dari yang konvensional sampai yang modern. Mulai dari yang sederhana sampai yang rumit. Maka bila kita berbicara soal sound system dan suara walet, tentunya akan menyita waktu yang sangat panjang dan seolah-olah tidak ada habisnya.

Pengalaman panjang saya mengamati suara walet selama bertahun-tahun belum tuntas hingga kini. Selalu ada yang baru dan baru terus. Awal mula saya mengenal penggunaan sound system dalam dunia perwaletan masih dengan sistem suara mono. Maksudnya, lagu suara walet yang digunakan untuk suara panggil (suara luar) sama jenis lagu suaranya dengan suara untuk di dalam rumah walet (suara inap). Kemudian maju setahap lebih maju, yaitu lagu suara walet untuk memanggil walet berbeda dengan lagu suara walet untuk membuat walet mau menginap. Perkembangan berikutnya adalah, lagu suara panggil memakai dua lagu suara walet yang berbeda, begitu juga untuk suara inap memakai sedikitnya dua macam lagu suara walet.

Dan belakangan ini, teknik tata suara walet sudah memanfaatkan teknik surround. Aplikasi teknik surround dalam dunia perwaletan berbeda dengan aplikasi teknik surround seperti dalam home theater. Dalam dunia walet, tidak dibatasi oleh sistem 5.1 atau 7.1, tetapi bisa mencapai belasan bahkan puluhan tweeter. Tergantung kesanggupan sang composer dalam membuat lagunya. Hal ini memang masih baru dan belum lazim diterapkan dalam dunia budidaya walet.

Dibandingkan dengan sistem tata suara walet yang sederhana, tentu saja sistem tata suara walet dengan menggunakan teknologi surround akan memiliki selisih yang jauh dalam hal besarnya biaya. Tingkat kesulitan dalam pembuatannya pun juga jauh lebih rumit. Sebandingkah efektifitas yang dihasilkannya? Hal ini pun belum pernah dipublikasikan. Bagi penangkar walet yang merasa "sudah puas" dengan apa yang ada, tentu teknik tata suara walet seperti ini tidak akan diminati.

Wednesday, March 24, 2010

(Seri 1), Tahap awal memulai budidaya walet.

Kali ini saya ingin menulis secara berseri, hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan mengelola budidaya walet. Mungkin tidak terlalu detil tapi mudah-mudahan bisa bermanfaat.

Dengan memilih lokasi dan kawasan yang memiliki prospek ke depan yang lebih bagus, maka penangkaran walet jangka panjang dapat menjadi lebih aman.
Lokasi bagus bukan sekedar dilihat dari populasi burung walet yang besar.
- Populasi banyak tapi miskin dengan koloni burung-burung walet yang muda, akan membuat kita frustrasi dalam memancing walet.
- Populasi besar tapi di tempat yang kompetitornya banyak juga akan menguras energi, waktu dan modal yang lebih besar dalam mencapai keberhasilan.
- Populasi banyak namun berada di kawasan yang mudah mengalami proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi (pemanasan global atau Global Warming) akan menyebabkan burung-burung walet relatif lebih cepat bermigrasi ke tempat yang lebih sesuai dengan habitatnya.

Kawasan yang memiliki ekosistem yang sesuai dengan habitat walet dan terjaga keseimbangannya adalah hal yang sangat perlu untuk dipertimbangkan. Bahwa dengan extra feeding treatment memang bisa dilakukan untuk kawasan yang mulai menipis sumber pakannya namun merupakan pekerjaan tambahan yang perlu dipikirkan matang-matang. Hal ini bukan perkara mudah karena membutuhkan perhatian dan pekerjaan ekstra yang harus ditekuni.
Selain itu perlu dipikirkan pula, berapa persen dari jumlah serangga hidup hasil dari serangga ternakan yang bisa dimakan oleh walet dan berapa persen sisanya yang terbuang dan menjadi hama nantinya di lingkungan sekitar rumah walet. Dibutuhkan teknik yang benar-benar tepat dan aman untuk melakukan extra feeding treatment dengan menernak serangga.

Jika memungkinkan, menghindari daerah "perang suara" adalah pilihan yang lebih baik. Menangkarkan walet di daerah perang suara, harus berbekal banyak pengetahuan tentang ilmu menangkarkan walet terutama hal-hal yang berkaitan dengan suara walet. Tidak cukup hanya mempunyai lagu suara walet yang efektif saja, teknik tata suara pun menjadi modal besar yang harus dimiliki untuk perang strategi dalam perebutan menarik burung-burung walet muda. Dukungan dari tata ruang yang unik serta kestabilan iklim mikro rumah walet juga sangat mempengaruhi keberhasilan merumahkan walet.

Hal-hal tersebut di atas adalah bagian dari langkah-langkah awal yang perlu dipikirkan dan dipertimbangkan, agar dikemudian hari tidak menyulitkan dan menyusahkan kita dalam menangkarkan walet.

Monday, March 22, 2010

Antara Lubang Masuk Burung (LMB) dan Lubang Antar Lantai (LAL).

Lubang antar lantai atau yang sering disingkat dengan sebutan LAL, sering menjadi perhatian karena banyaknya kasus yang ditimbukannya, seperti; walet susah turun atau cahaya matahari yang terlalu banyak masuk dan lain sebagainya.

LAL dibuat dengan tujuan agar walet dapat mengakses daerah atau ruangan yang tidak memiliki fasilitas lubang masuk burung (LMB). Jadi LAL menggantikan fungsi LMB di dalam rumah walet. Bedanya, pada LMB burung walet masuk dengan cara terbang horizontal, sedang terhadap LAL burung walet masuk cenderung dengan cara terbang membentuk sudut kemiringan (tergantung pada tinggi plafond, ukuran luas LAL dan kedalaman LAL itu sendiri). Seperti pada lubang yang berbentuk corong, maka akan memaksa walet masuk dan keluar dengan cara terbang vertikal.

Mana yang lebih mudah bagi burung walet, terbang secara horizontal (seperti ketika memasuki LMB) atau terbang dengan cara menukik (seperti saat melewati LAL)?
Jika walet lebih mudah masuk melalui LMB, mengapa hampir semua rumah walet hanya menggunakan LMB pada satu lantai saja dan untuk lantai-lantai yang lainnya menggantikannya dengan LAL?

Apakah bila dibuatkan LMB pada setiap lantainya akan lebih sulit dalam mengembangkan populasi waletnya di tiap-tiap lantainya dibandingkan bila menggunakan LAL?
Apakah pada setiap desain rumah walet bertingkat harus menggunakan LAL?
Bagaimana seharusnya LAL dibuat dan ditempatkan? Berapa ukuran luas yang semestinya?
Lebih maksimal mana populasi walet yang bisa ditampung antara rumah walet yang menggunakan LAL dengan rumah walet yang tidak menggunakan LAL?

Cobalah dibuat perbandingan antara keduanya mana yang lebih banyak memiliki keunggulan, rumah walet dengan LAL di tiap-tiap lantainya atau rumah walet dengan LMB di tiap-tiap lantainya?

Tuesday, March 16, 2010

Langkah terbaik mengelola rumah walet.

Makin sering "kasak-kusuk" soal rumah walet, akan makin membingungkan..
Apalagi setelah lihat-lihat rumah walet lain yang beraneka ragam bentuk dan perlakuannya.. yang rata-rata termasuk relatif sukses juga.

Ada yang bentuk rumah waletnya polos tanpa sekat di sana-sini dan pasang tweeternya puluhan (mendekati ratusan) tapi hasilnya ya cukup banyak burung waletnya. Padahal kalau seandainya saya dikasih suara waletnya, mungkin akan saya simpan di laci meja saya saja.
Sebaliknya, yang banyak memiliki sekat-sekat pada rumah waletnya juga tidak sedikit yang sukses.

Ada yang tidak peduli dengan syarat ideal suhu dan kelembaban di dalam rumah walet.. bahkan yang namanya hygrometer itu seperti apa aja ga pernah tahu.. tapi ya rumah waletnya boleh dibilang sukses.

Ada juga yang pasang tweeter cuma 2-3 buah.. dan suaranya pun suara walet yang sudah jadul, tapi ya sukses juga..

Begitu banyak perbedaan-perbedaan dalam mengelola sebuah rumah walet, yang bahkan satu sama lain tekniknya bisa bertolak belakang.. tapi kok sama-sama memiliki keberhasilan yang relatif memuaskan si pemilik rumah walet.

Jadi.. teknik mana yang sebenarnya bisa kita jadikan acuan?

Ada kecenderungan besar yang saya lihat dari kebanyakan pelaku budidaya walet, yaitu menjadi plagiator.. meniru sebagian atau keseluruhan dari rumah walet yang telah terbukti sukses (sebagai sebuah cara atau jalan pintas, dengan harapan cepat mendapat hasil yang sama).
Kalau hal ini ditanya salah atau tidak (di luar konteks hukum).. maka tergantung pada hasil yang dicapainya.. sukses atau gagal? Kalau rumah waletnya kemudian gagal, ya pada akhirnya menjadi salah. Pada kasus rumah walet "kembar siam" sekalipun tidak ada jaminan memiliki hasil yang relatif sama.

Yang jauh lebih penting adalah memahami karakter rumah walet milik kita sendiri secara keseluruhan. Sehingga ketika kita mengadopsi cara-cara dan atau teknik pengelolaan dari rumah walet lain yang telah sukses, kita dapat menyesuaikannya dengan tepat dan benar.

Jadi.. langkah terbaik mengelola rumah walet adalah mengenali dan memahami terlebih dulu dengan sebaik-baiknya rumah walet kita sendiri, sebelum melakukan treatments khusus maupun yang bersifat umum (baik dari cara mengadopsi teknik orang lain maupun dari cara trial & error).

Friday, January 22, 2010

Improvisasi dan inovasi pelaku budidaya walet.

Berkembangnya teori-teori baru tentang bagaimana merumahkan walet yang jitu.. cepat.. sungguh menambah wawasan dan nuansa baru yang menyegarkan dunia perwaletan sekaligus menambah kebingungan para peternak walet, khususnya mereka yang baru mulai menggeluti dunia walet.

Seribu konsultan, punya seribu aturan..
seribu praktisi, menciptakan seribu teori..
seribu saran, jadi seribu pikiran..
yang pada akhirnya melahirkan seribu trial & error..
Dengan seribu paradigma tersebut menjadikan dunia perwaletan tak ubahnya seperti sebuah karya seni, yang diikuti dengan timbulnya berbagai macam aliran dan kiblat.

Dalam mengelola dan mengembangkan sebuah rumah walet, sedikit sekali adanya batasan-batasan khusus dan aturan-aturan baku yang standar. Oleh karena itu untuk mengembangkannya dibutuhkan inovasi dan improvisasi dari sang pengelola rumah walet.

Improvisasi seorang pelaku budidaya walet harus memahami ilmu tentang walet sebelum berpikir inofative. Improvisasi akan berkembang dengan baik bila faktor kualitas kemampuan manusianya sudah mencukupi. Dan dibutuhkan sebuah kerangka yang terkonsep dengan baik, benar dan tepat guna melahirkan dinamika bagi terciptanya sebuah gagasan beserta segala kemungkinan-kemungkinan barunya, yang pada akhirnya dapat diaplikasikan secara tepat dan membuahkan hasil yang maksimal.

Dengan demikian diharapkan pelaku budidaya walet sekarang ini sadar dan bisa memahami kondisi saat ini, agar lebih maju dan lebih modern.. baik dari sisi cara berpikirnya maupun dari sisi penerapan teknologinya dibandingkan dengan senior-senior pelaku budidaya walet sebelum kita.